Kecakapan dasar
(l) Kecakapan belajar terus-menerus
Kecakapan belajar terus menerus (sepanjang hayat) adalah kecakapan
yang paling penting dibandingkan dengan semua kecakapan hidup lainnya.
Pengetahuan, ilmu pengetahuan dan teknologi, dan kehidupan berubah makin
cepat sehingga menuntut tamatan PS dan PLS memiliki kemampuan untuk
belajar terus-menerus. Kecakapan ini merupakan kunci yang dapat membuka
kesuksesan masa depan. Dengan kecakapan ini, tamatan PS dan PLS mudah
menguasai kecakapan-kecakapan lainnya. Karena itu, tamatan PS dan PLS
perlu diberi bekal dasar tentang strategi, metode, dan teknik belajar
untuk memperoleh dan menerapkan ilmu pengetahuan dan teknologi baru
dalam kehidupannya.
(2) Kecakapan membaca, menulis, menghitung
Tamatan PS dan PLS diharapkan memiliki kecakapan membaca dan menulis
secara fungsional, baik dalam bahasa Indonesia maupun salah satu bahasa
asing, misalnya bahasa Inggris, Jerman, Perancis, Arab, Jepang,
Mandarin, atau yang lain. Kecakapan membaca- memahami dan menafsirkan
informasi tertulis dalam surat kabar, majalah, jurnal, dan dokumen.
Menulis – mengkomunikasikan pikiran, ide-ide, informasi dan pesan-pesan
tertulis dan membuat dokumen-dokumen seperti surat, arahan, bimbingan,
pedoman kerja, manual, laporan, grafik, dan diagram alir. Kecakapan
menghitung – kemampuan dasar menghitung dan memecahkan masalah-masalah
praktis, dengan memilih secara tepat dari teknik-teknik matematika yang
ada, dengan atau tanpa bantuan teknologi.
(3) Kecakapanb erkomunikasil:i san,t ertulis,t ergambar,m endengar
Manusia berinteraksi dengan manusia lain melalui komunikasi langsung,
baik secara lisan, tertulis, tergambar, dan bahkan melalui kesan pun
bisa. Mengingat manusia menggunakan sebagian besar waktunya untuk
berkomunikasi dengan orang lain, maka kecakapan berkomunikasi termasuk
kecakapan mendengar harus dimiliki oleh tamatan PS dan P LS.
Suatu studi menyimpulkan bahwa kelemahan berkomunikasi akan
menghambat pengembangan personal dan professional seseorang. Bahkan para
pebisnis memperkirakan bahwa kelemahan berkomunikasi akan menambah
pembiayaan usahanya akibat kesalahan yang dibuat. Mengingat era
globalisasi telah bergulir, maka penguasaan salah satu bahasa asing
(Inggris, Perancis, Arab, Jepang, J erman, Mandarin, dsb) oleh peserta
didik merupakan keniscayaan.
(4) Kecakapan berpikir
Tingkat kecakapan berpikir seseorang akan berpengaruh terhadap
kesuksesan hidupnya. Mengingat kehidupan manusia sebagian besar
dipengaruhi oleh cara berpikir, maka peserta didik perlu diberi bekal
dasar dan latihan-latihan dengan cara yang benar tentang kecakapan
berpikir deduktif induktil ilmiah, kritis, nalar, rasional, lateral,
sistem, kreatif, eksploratif, discovery, inventory, reasoning,
pengambilan keputusan, dan pemecahan masalah. Selain itu, peserta didik
harus diberi bekal dasar tentang kecintaan terhadap kebenaran,
keterbukaan terhadap kritik dan saran, dan berorientasi kedepan.
(5) Kecakapan kalbu: iman (spiritual), rasa dan emosi
Memiliki bangsa kecakapan kalbu yang baik merupakan asset kualitas
batiniyah yang sangat bermanfaat bagi kehidupan bangsa. Kecakapan kalbu
yang terdiri dari iman (spiritual), rasa, dan emosi merupakan
unsur-unsur pembetuk jiwa selain akal. Pada dasarnya jiwa merupakan
peleburan iman, rasa, emosi, dan akal. Jiwa merupakan sumber kekuatan
dan kendali bagi setiap manusia dalam menyelesaikan setiap masalah yang
dihadapi. Bahkan, baik buruknya suatu bangsa sangat dipengaruhi oleh
baik buruknya kalbu bangsa yang bersangkutan. Erosi kalbu akan
berpengaruh sangat dahsyat karena apapun tingginya derajad berpikir
seseorang, tetapi jika tidak dilandasi oleh moral, spiritual dan
emosional yang baik, hanya kehancuran yang terjadi. Untuk itu peserta
didik perlu diberi bekal dasar dan latihan-latihan dengan eara yang
benar tentang kecakapan moral, emosional dan spiritual. Integritas,
kejujuran, solidaritas, kasih sayang pada orang lain, kesopanan,
disiplin diri, menghargai orang lain, hak asasi, kepedulian, toleransi,
dan tanggung jawab adalah contoh-contoh kecakapan moral yang perlu
diajarkan kepada peserta didik. Iman dan Taqwa terhadap Tuhan Yang Maha
Esa, kedamaian antar umat beragama, dan toleransi religius, adalah
contoh-contoh pendidikan kecakapan iman/spiritual yang merupakan payung
bagi pendidikan kecakapan hidup lainnya. Bekerja keras, semangat yang
membaja, pintar bergaul, rajin, memiliki keinginan untuk maju, dan
upaya-upaya secara konsisten untuk mencapai keinginan untuk maju, adalah
contoh-contoh kecakapan emosional yang sangat signifikan kontribusinya
terhadap kesuksesan hidup seseorang.
(6) Kecakapan mengelola kesehatan badan
Di mana terdapat kesehatan badan, disitulah terdapat kesehatan jiwa.
Manusia diciptakan oleh-Nya dengan martabat tertinggi sehingga yang
bersangkutan harus memelihara kesehatan dirinya lebih baik dari pada
memelihara barang-barangnya. Oleh karena itu, peserta didik sudah
selayaknya diberi bekal dasar tentang pengelolaan kesehatan badan agar
yang bersangkutan memiliki kesehatan badan yang prima, bebas penyakit,
dan memiliki ketahanan badan yang kuat. Berolahraga secara teratur,
makan yang bergizi dan bervitamin, menjaga kebersihan, dan beristirahat
cukup merupakan pendidikan kecakapan mengelola kesehatan badan yang
harus diterapkan dalam kehidupan peserta didik.
(7) Kecakapan merumuskan keinginan dan upaya-upaya untuk mencapainya
Dua hal yang karakteristik sifatnya dalam kehidupan adalah: (l)
adanya keinginan baru, dan (2) upaya-upaya yang diperlukan untuk
mencapai keinginan baru tersebut. Kecakapan merumuskan dua hal yang
karakteristik ini merupakan bagian penting bagi kehidupan seseorang.
Dalam kehidupan banyak dijumpai orang-orang yang kurang mampu merumuskan
tujuan hidup yang realistik, dan kalaupun tujuan yang dirumuskan cukup
realistic, tidak jarang pula upaya-upaya yang ditempuh kurangs esuai.
Kecakapan semacam ini perlu diajarkan kepada peserta didik agar yang
bersangkutan mampu menjalani kehidupan secara realistis. Perumusan
tujuan study tour dan upaya-upaya yang diperlukan untuk mencapai tujuan
study tour adalah contoh pendidikan kecakapan merumuskan keinginan dan
upaya-upaya untuk mencapainya.
(8) Kecakapan berkeluarga dan sosial
Peserta didik hidup dalam lingkungan keluarga, sekolah, dan
masyarakat. Dalam keluarga, siswa tersebut berinteraksi dengan ayah,
ibu, dan saudara-saudaranya. Peserta didik harus memahami, menghayati,
dan menerapkan nilai-nilai kasih sayang, kesopanan, toleransi,
kedamaian, keadilan, respek, kecintaan, solidaritas, dan tatakrama
sebagai anak terhadap kedua orang tuanya maupun sebagai saudara terhadap
saudara-saudaranya. Dalam sekolah, peserta didik harus memahami,
menghayati; dan menerapkan ketentuan-ketentuan yang berlaku di sekolah.
Dalam masyarakat, peserta didik harus memahami, menghayati dan
menerapkan nilai-nilai sosial sebagai berikut: menjunjung tinggi hak
asasi manusia, peduli terhadap barang-barang milik publik, kerjasama,
tanggung jawab dan akuntabilitas sosial, keterbukaan dan apresiasi
terhadap keanekaragaman. Peserta didik harus mampu berkomunikasi, baik
secara verbal maupun non-verbal. Kelancaran berkomunikasi, selain
memperbanyak kawan, juga untuk memupuk kesehatan mental. Karena peserta
didik hidup dalam masyarakat yang menjunjung tinggi nilai kebersamaan,
maka dia harus memiliki kemampuan untuk memimpin dan dipimpin.
http://www.infodiknas.com/pendidikan-kecakapan-hidup-konsep-dasar-2/
http://www.infodiknas.com/pendidikan-kecakapan-hidup-konsep-dasar-2/
0 komentar:
Posting Komentar